Rabu, 20 Januari 2016

Globalisasi dan Revolusi Teknologi Informasi

     Diantara tiga revolusi penting dalam sejarah manusia, revolusi informasi telah menjadi fenomena penting di era globalisasi. Bagaimana tidak, ketergantungan masyarakat dewasa akan teknologi informasi telah menjadi bagian penting dalam keseharian, bahkan menjadi kebutuhan pokok. Dalam tulisan kali ini, penulis memaparkan mengenai globalisasi dan revolusi teknologi informasi berdasarkan ide para penstudi ternama.
James Petras (2003) dalam  tulisanya berjudul The Myth of The Third Scientific-Technological Revolution menjelaskan diawal tulisanya bahwa Globalisasi dan New Economy  menjadi perhatian penting diawal tahun 1900an, hal tersebut didasari oleh pertumbuhan dan perkembangan teknologi informasi, bioteknologi dan telekomunikasi.
       Ekonomi dunia pada saat itu tidak sedikit yang bersandar pada kapital global yang tentunya memegang peranan penting, dari sini keterkaitan dengan globalisasi membawa isu penting perekonomian disetiap sektornya termasuk dalam ranah teknologi informasi. Para pegiat ekonomi dan jurnalis beranggapan bahwa proses globalisasi ini dijalankan oleh The Third Scientific Technological Revolution (TSTR) yang beranggapan pula bahwa perkembangan ekonomi didasari oleh pertumbuhan investasi dalam IT, bioteknologi dan optik fiber.
Disisi lain, Petras (2003) juga menyebutkan pada awal tahun 2000 terdapat klaim yang menyebutkan bahwa revolusi teknologi banyak dipermalahkan oleh beberapa pihak. Di Jepang misalnya, produk IT yang dihasilakan oleh perusahaaan dan pekerja disana dalam keadaan stagnasi ekonomi. Perusahaan IT juga mengalami penurunan yang tidak terkendali, bahkan 80 persen tercatat dianggap tidak bernilai keuntungan yang banyak (Financial Times, dalam Petras, 2003). Kondisi ekonomi IT juga tidak dalam persaingan pasar yang kompetitif, banyak diantara produk yang kuat tetap bertahan, sementara sisanya banyak yang mengalami kegagalan.
It is not a technological-scientific-computers driven revolution that has led to globalization but rather a political, economic and military expansion that has created a new US-dominated imperial world order (Petras, 2003).
        Dalam kutipan ini, Petras (2003)  dengan jelas menyebutkan bahwa ada hal yang lebih penting yang mendorong globalisasi ini selain kekuatan teknologi dan informasi, hal tersebut tak lain adalah faktor ekonomi, politik dan militer yang secara tidak langsung memainkan peran. Hal ini didasari oleh peran AS/NATO dalam berbagai konflik di Timur Tengah yang secara tidak langsung menjadi indikator utama perkembangan militerisasi dan menjadi lahan percobaan kekuatan AS. Dalam hal tersebut, terdapat faktor penting yang juga memainkan peran seperti sistem informasi, komputerisasi dan peran media elektronik.
Manuel Castell (1996) dalam tulisanya Information Technology Revolution, menjelaskan tentang  argument utamanya yaitu Information Age yang dianggap sebagai sebuah era dalam masyakat baru saat ini yang tentu saja membawa kepada perkembangan jaringan yang disebut pula sebagai new information and communication technologies (ICT), dimana prioritas utamanya adalah penyampaian informasi sebanyak mungkin. Dalam pandanganya, semua masyarakat menggunakan informasi dan karenanya masyarakat informasi didapat melalui analisis suatu hal yang menjadi ciri khas di era kekinian (Castell, 1996).
Masyarakat informasi diyakini oleh Manuell Castells (1996) sebagai suatu hasil dari proses revolusi secara dramatis dari masyarakat industri. Disamping itu globalisasi semakin mendesak batas-batas tradisional masyarakat yang selama ini dikenal sebagai teritori. Batas kenegaraan tidak hanya terdesak lewat kegiatan secara fisik, tetapi juga virtual yang didominasi oleh kegiatan-kegiatan yang bermotif ekonomi. Kapitalisme telah terglobalkan, dan sebaliknya kapitalisme telah mendorong globalisasi. Dengan keadaan tersebut, menurut Castells, pada masyarakat informasi selanjutnya akan muncul kapitalisme informasi.
Sesuai dengan pemikiran Marxis, Manuell Castells menjabarkannya lewat capitalist mode of production, keyakinan bahwa bentuk masyarakat dipengaruhi cara produksinya.  Konsep tersebut diteruskan sebagai informational mode of development yang dijabarkan dalam tiga aspek pokok, yaitu market economy, production for profit, dan private ownership. Lebih lanjutnya Castells menyebutkan bahwa revolusi informasi ini menyebabkan perubahan pola intergrasi vertikal ke arah horizontal.
Konsep Internasional Capitalism menurut Castell dapat dipahami melalui pemahaman dua aspek. Informationalism, merupakan sebuah term yang digunakan untuk mengidentifikasi suatu pengetahuan sebagai sumber dari sebuah produktifitas. Sementara Capitalism, Castell melihatnya sebagai suatu hal yang berhubungan langsung dengan hubungan perekonomian seperti (profit-seeking, privat ownership, market principles, etc) (Castell, 1996).
Berbicara mengenai revolusi informasi dan kaitanya dengan revolusi agraria dan industri tentu saja terdapat perbedaan yang begitu kentara. Dalam hal ini revolusi informasi melihat bahwa pengetahuan menjadi suatu komoditas yang dapat diperjual-belikan (Mubah, 2015). Tidak lagi membicarakan bagaimana bekerja dan menghasilkan karya akan tetapi kemampuan untuk menginformasikan dan menggunakan teknologi secara cerdas menjadi aspek penting yang diperhatikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar