Diantara tiga revolusi penting dalam sejarah manusia, revolusi
informasi telah menjadi fenomena penting di era globalisasi. Bagaimana
tidak, ketergantungan masyarakat dewasa akan teknologi informasi telah
menjadi bagian penting dalam keseharian, bahkan menjadi kebutuhan pokok.
Dalam tulisan kali ini, penulis memaparkan mengenai globalisasi dan
revolusi teknologi informasi berdasarkan ide para penstudi ternama.
James Petras (2003) dalam tulisanya berjudul The Myth of The Third Scientific-Technological Revolution menjelaskan diawal tulisanya bahwa Globalisasi dan New Economy
menjadi perhatian penting diawal tahun 1900an, hal tersebut didasari
oleh pertumbuhan dan perkembangan teknologi informasi, bioteknologi dan
telekomunikasi.
Ekonomi dunia pada saat itu tidak sedikit yang bersandar pada kapital
global yang tentunya memegang peranan penting, dari sini keterkaitan
dengan globalisasi membawa isu penting perekonomian disetiap sektornya
termasuk dalam ranah teknologi informasi. Para pegiat ekonomi dan
jurnalis beranggapan bahwa proses globalisasi ini dijalankan oleh The
Third Scientific Technological Revolution (TSTR) yang beranggapan pula
bahwa perkembangan ekonomi didasari oleh pertumbuhan investasi dalam IT,
bioteknologi dan optik fiber.
Disisi lain, Petras (2003) juga menyebutkan pada awal tahun 2000
terdapat klaim yang menyebutkan bahwa revolusi teknologi banyak
dipermalahkan oleh beberapa pihak. Di Jepang misalnya, produk IT yang
dihasilakan oleh perusahaaan dan pekerja disana dalam keadaan stagnasi
ekonomi. Perusahaan IT juga mengalami penurunan yang tidak terkendali,
bahkan 80 persen tercatat dianggap tidak bernilai keuntungan yang banyak
(Financial Times, dalam Petras, 2003). Kondisi ekonomi IT juga tidak
dalam persaingan pasar yang kompetitif, banyak diantara produk yang kuat
tetap bertahan, sementara sisanya banyak yang mengalami kegagalan.
It is not a technological-scientific-computers driven revolution
that has led to globalization but rather a political, economic and
military expansion that has created a new US-dominated imperial world
order (Petras, 2003).
Dalam kutipan ini, Petras (2003) dengan jelas menyebutkan bahwa ada
hal yang lebih penting yang mendorong globalisasi ini selain kekuatan
teknologi dan informasi, hal tersebut tak lain adalah faktor ekonomi,
politik dan militer yang secara tidak langsung memainkan peran. Hal ini
didasari oleh peran AS/NATO dalam berbagai konflik di Timur Tengah yang
secara tidak langsung menjadi indikator utama perkembangan militerisasi
dan menjadi lahan percobaan kekuatan AS. Dalam hal tersebut, terdapat
faktor penting yang juga memainkan peran seperti sistem informasi,
komputerisasi dan peran media elektronik.
Manuel Castell (1996) dalam tulisanya Information Technology Revolution, menjelaskan tentang argument utamanya yaitu Information Age
yang dianggap sebagai sebuah era dalam masyakat baru saat ini yang
tentu saja membawa kepada perkembangan jaringan yang disebut pula
sebagai new information and communication technologies (ICT),
dimana prioritas utamanya adalah penyampaian informasi sebanyak mungkin.
Dalam pandanganya, semua masyarakat menggunakan informasi dan karenanya
masyarakat informasi didapat melalui analisis suatu hal yang menjadi
ciri khas di era kekinian (Castell, 1996).
Masyarakat informasi diyakini oleh Manuell Castells (1996) sebagai
suatu hasil dari proses revolusi secara dramatis dari masyarakat
industri. Disamping itu globalisasi semakin mendesak batas-batas
tradisional masyarakat yang selama ini dikenal sebagai teritori. Batas
kenegaraan tidak hanya terdesak lewat kegiatan secara fisik, tetapi juga
virtual yang didominasi oleh kegiatan-kegiatan yang bermotif ekonomi.
Kapitalisme telah terglobalkan, dan sebaliknya kapitalisme telah
mendorong globalisasi. Dengan keadaan tersebut, menurut Castells, pada
masyarakat informasi selanjutnya akan muncul kapitalisme informasi.
Sesuai dengan pemikiran Marxis, Manuell Castells menjabarkannya lewat capitalist mode of production, keyakinan bahwa bentuk masyarakat dipengaruhi cara produksinya. Konsep tersebut diteruskan sebagai informational mode of development yang dijabarkan dalam tiga aspek pokok, yaitu market economy, production for profit, dan private ownership. Lebih
lanjutnya Castells menyebutkan bahwa revolusi informasi ini menyebabkan
perubahan pola intergrasi vertikal ke arah horizontal.
Konsep Internasional Capitalism menurut Castell dapat dipahami
melalui pemahaman dua aspek. Informationalism, merupakan sebuah term
yang digunakan untuk mengidentifikasi suatu pengetahuan sebagai sumber
dari sebuah produktifitas. Sementara Capitalism, Castell melihatnya
sebagai suatu hal yang berhubungan langsung dengan hubungan perekonomian
seperti (profit-seeking, privat ownership, market principles, etc)
(Castell, 1996).
Berbicara mengenai revolusi informasi dan kaitanya dengan revolusi
agraria dan industri tentu saja terdapat perbedaan yang begitu kentara.
Dalam hal ini revolusi informasi melihat bahwa pengetahuan menjadi suatu
komoditas yang dapat diperjual-belikan (Mubah, 2015). Tidak lagi
membicarakan bagaimana bekerja dan menghasilkan karya akan tetapi
kemampuan untuk menginformasikan dan menggunakan teknologi secara cerdas
menjadi aspek penting yang diperhatikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar