Dengan perkembangan teknologi informasi secepat yang terjadi dewasa ini,
hampir tidak ada bidang yang tidak dirambahnya, tidak terkecuali di
dunia pendidikan tinggi. TI tidak hanya berguna untuk hal-hal yang
memang secara langsung mengeksploitasi potensi teknologi, tapi juga
mendorong munculnya cara-cara baru dalam melakukan pekerjaan/kegiatan.
Adalah tugas perguruan tinggi untuk memanfaatkan perkembangan TI
sebaik-baiknya untuk kepentingan penyelenggaraan layanan pendidikan
tinggi yang berkualitas dan terjangkau oleh pihakpihak yang
memerlukannya.
Setidaknya ada tiga peran yang dapat dimainkan oleh TI:
• Sebagai integrator program dan kegiatan perguruan
tinggi, dalam rangka meningkatkan efektivitas, efisiensi, dan
produktivitas. Peran sebagai integrator sangat penting karena
perencanaan program/kegiatan perguruan tinggi sering tidak dilakukan
secara terpadu. Banyak kegiatan yang tumpang tindih, dan banyak sumber
daya yang tidak teralokasikan secara efisien. Contoh yang mudah
dijumpai: penjadwalan kegiatan perkuliahan ditangani sepenuhnya di
tingkat program studi, termasuk pengalokasian ruang kuliahnya. Jika
dipandang dari aras perguruan tinggi, jadwal kuliah dan alokasi ruang di
masing-masing program studi membentuk mosaik-mosaik yang sama sekali
tidak indah, karena penugasan dosen menjadi tidak merata (terutama untuk
mata kuliah dasar umum yang harus diikuti oleh semua mahasiswa),
lebih-lebih untuk utilisasi ruang kelas. Ada program studi yang
kesulitan mencari ruang kelas, dan sebaliknya, ada yang tingkat
utilisasi ruang kelasnya rendah.
Bagaimana peran TI ? TI dapat membantu memudahkan perencanaan yang lebih
terpadu. Penjadwalan dan alokasi ruang dapat dibantu aplikasi komputer
yang melakukan perhitunganperhitungan optimalisasi dengan cepat. Tetapi
tentu saja TI tetaplah sebagai alat (tool). TI tidak bisa bergerak tanpa
didukung oleh kebijakan yang kondusif. Dalam contoh sebelumnya, perlu
ada kebijakan sentralisasi penjadwalan ruang di tingkat universitas,
sehingga efisiensi bisa diterapkan secara menyeluruh.
Masih banyak contoh lain yang dapat disampaikan di bidang pengelolaan
kegiatan akademik, keuangan, ataupun SDM. Dalam peran sebagai
integrator, baik bentuk peran TI maupun kebijakan pendukungnya perlu
dijelaskan secara eksplisit dalam rencana strategis TI.
• TI sebagai enabler bagi perbaikan/penyempurnaan
prosesproses akademik dan administratif serta munculnya layananlayanan
baru yang inovatif. Seperti halnya teknologi lainnya, tujuan dasar
pemanfaatan TI adalah perbaikan dan penyempurnaan dari apa yang ada saat
ini. Manifestasinya bisa berupa tingkat kemudahan, kecepatan,
produktivitas, akurasi, efisiensi, dan transparansi yang lebih tinggi.
Apa yang dulu tidak bisa dikerjakan, sekarang hal ini menjadi mungkin
karena bantuan TI.
Mengingat peran enabler tersebut, perencanaan TI haruslah berorientasi
pada pemanfaatan potensi TI untuk perbaikan dan penyempurnaan.
Pembatasan pemanfaatan TI, misalnya hanya untuk menggantikan peran
manusia (otomatisasi), bisa dianggap sebagai pemborosan karena
menyia-nyiakan potensi yang tidak termanfaatkan. Dengan demikian,
seorang perencana TI perlu memiliki visi yang jauh ke depan dan mampu
mengidentifikasi peluang-peluang yang inovatif.
Proses enabling yang melibatkan TI hampir selalu diikuti dengan
kebutuhan akan penyelarasan proses-proses bisnis. Penyediaan layanan KRS
on-line misalnya, harus disertai dengan perubahan proses/tahapan KRS.
Kewajiban menghadap dosen pembimbing akademik untuk meminta tandatangan
otorisasi beban SKS yang akan diambil dapat dihilangkan, karena tugas
ini diambil alih oleh komputer. Perubahan proses bisnis memang bukan
domain TI, tetapi tanpa melakukan hal ini, implementasi sistem dan
teknologi informasi tidak akan banyak bermanfaat. Perencanaan TI harus
memperhatikan konsekuensi-konsekuensi semacam ini. Rencana strategis TI
perlu memuat pula strategi menghadapi konsekuensi ikutan dari setiap
program implementasi TI yang akan dijalankan.
• TI untuk memperluas akses bagi seluruh warga kampus. Ini adalah misi untuk mewujudkan persamaan kesempatan (equal opportunities)
atau “TI untuk semua“. Salah satu kelebihan TI adalah daya penetrasinya
yang sangat tinggi. TI dapat menjangkau pihak-pihak bahkan yang paling
jauh dan terpencil sekalipun. Kemampuan inilah yang dimanfaatkan untuk
memperluas akses komunikasi dan menyebarkan informasi ke pihak-pihak
yang sebelumnya tidak bisa menikmatinya. Di lingkungan kampuspun hal ini
berlaku. Jika sebelumnya tidak semua warga kampus bisa mengakses
informasi dari Internet atau berkomunikasi secara elektronis, TI bisa
menghapus semua kendala tersebut.
Untuk keperluan yang lebih spesifik, perluasan akses informasi dapat
dimanfaatkan pula untuk mendukung kegiatan pembelajaran yang lebih
merata, efektif, dan berkualitas. Pembelajaran pada hakekatnya adalah
proses akuisisi pengetahuan, dan hal ini dicapai melalui komunikasi
informasi. Mahasiswa mengakses materi kuliah elektronis dari server
universitas, dosen mencari informasi di Internet untuk bahan kuliahnya,
atau mahasiswa berdiskusi dengan sesamanya lewat forum-forum on-line,
semua itu adalah manifestasi komunikasi informasi yang bisa difasilitasi
oleh TI.
Sebenarnya ada satu lagi peran keempat, yaitu TI sebagai transformer,
mengubah tatanan, budaya, mekanisme, dan nilai-nilai dalam pengelolaan
perguruan tinggi. Transformasi akan muncul karena dua hal: penetrasi TI
yang konsisten dan dukungan lingkungan yang kondusif. Jika kedua hal ini
berlangsung terus menerus, akan terjadi proses akulturasi yang pada
akhirnya menyebabkan terjadinya transformasi budaya dalam pemanfaatan TI
dan nilai-nilai yang menyertainya. Sebagai contoh, penggunaan email
secara ekstensif dan konsisten dapat mengubah budaya komunikasi menjadi
lebih efektif dan efisien.
Belum banyak organisasi, termasuk perguruan tinggi di Indonesia, yang berhasil memanfaatkan TI sebagai transformer. Hal ini dapat dimengerti mengingat kebutuhan daya dorong yang kuat untuk bisa mengatasi inertia (kelembaman),
terutama tentang pola pikir dan kebiasaan. Selain itu diperlukan juga
daya tahan dan persistensi yang tinggi untuk mengawal proses
perubahannya sebelum buah transformasi itu sendiri terlihat. Bagi
perguruan tinggi di Indonesia, memberdayakan TI sehingga bisa
menjalankan perannya sebagai integrator, enabler, dan pemerluas akses sudah cukup baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar